Sabtu, 06 Oktober 2018

BERDAMPAK BAGI LINGKUNGAN




IMAN PERWIRA KAPERNAUM
(BERDAMPAK BAGI LINGKUNGAN)
Lukas 7:1-10

Ayat kunci (ay. 9): Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran (takjub, marvel, amaze, thaumazo) akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata : “ Aku berkata kepadamu iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun diantara orang Israel!”

Kisah ini terjadi di Kapernaum di bagian utara Danau Galilea setelah Yesus mengajar di depan orang banyak pada Luk 6: 20-49. Penulis Injil Lukas menceritakan tentang seorang perwira Romawi yang tidak disebut namanya, namun dengan terperinci Lukas menggambarkan sifat-sifat mulia dari perwira ini. Kisah ini mau mengajarkan kita tentang apa itu iman yang besar seperti yg dimiliki perwira itu kepada Yesus. Perwira ini merupakan satu-satunya laki-laki di dalam Perjanjian Baru yang mendapat pujian dari Yesus, “Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel”.

Mengapa Lukas sampai memasukkan perwira Romawi ini dalam Injil sebagai teladan bagi kita? Kita tahu bangsa Romawi bukanlah bangsa yang mengenal Allah Maha Esa, mereka adalah bangsa yang tidak mengenal Allah, penyembah berhala. Apalagi jabatannya sebagai seorang perwira, orang dengan latar belakang militer yg keras, yg biasa berperang?






Mari kita lihat beberapa sifat dari perwira Romawi ini yg patut kita teladani :

1.      Sekalipun dia seorang perwira tinggi, dia menghargai hambanya yang sedang sakit keras dan hampir mati (hamba dari kata Greek doulos = budak) (Ay.1-3).

Kata perwira dalam teks Alkitab Inggris Centurion dari kata Latin Centurio artinya komandan dari seratus tentara. Kalau di Indonesia kira-kira pangkatnya mungkin Letnan Kolonel atau kolonel?.

Mengapa perhatian perwira ini kepada budaknya yang sakit keras dan hampir mati ini merupakan sifat yang mulia? Dalam sejarah perbudakan di Romawi pada jaman Yesus, umumnya pemilik budak sering memperlakukan budak, pembantu, hamba, seperti barang bukan sebagai manusia. Tidak heran pada jaman itu kalau setiap tahun para pemilik tanah pertanian memeriksa alat-alat pertaniannya, kalau ada yg rusak dan tua harus dibuang begitu juga dengan budak-budak mereka.

Perwira ini bisa saja membiarkan hambanya terus sekarat dan mati, dan dibuang begitu saja karena memang begitu kebiasaannya tapi dia peduli dan mengasihi hambanya itu sehingga ketika dia mendengar tentang Yesus yg telah menyembuhkan banyak orang, dia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada Yesus untuk meminta supaya Yesus datang dan menyembuhkan hambanya (ay.3).

Hamba perwira ini pastilah pembantu yang rajin, jujur, bisa menyenangkan tuannya dengan baik sehingga perwira ini sangat sayang, dan mengistimewakannya. Padahal secara status sosial sangat jauh berbeda. Kalau kita punya pembantu atau anak buah, janganlah memperlakukan mereka seperti barang sekali pakai, sewenang-wenang, kalau sudah tua, sakit-sakitan tidak peduli lagi. Sering kita dengar sejumlah TKI wanita yg bekerja di luar negeri, perginya dalam keadaan sehat dan semangat namun tragisnya pulang-pulang dengan peti mayat, disiksa sampai mati oleh majikan, atau pulang-pulang dalam keadaan cacat, apakah itu diseterika, ditendang, dipukul disiksa bahkan diperkosa. Tapi perwira baik hati ini mungkin sudah membawa hambanya yg hampir mati itu ke berbagai macam tabib namun tidak sembuh juga samapai dia mendengar tentang Yesus, tabib segala tabib, dokter segala dokter.

2.      Sekalipun dia bangsa Romawi yg menjajah bangsa Yahudi perwira itu mengasihi bangsa Yahudi bahkan mau berkorban untuk membangun rumah ibadah umat Allah (ay. 4, 5)

Bangsa Romawi pada jaman itu sangat anti Yahudi, selain karena alasan perbedaan agama, dimana Bangsa Yahudi menyembah Allah Yang Esa, bangsa Romawi menyembah banyak dewa-dewa berhala dan juga bangsa Yahudi sudah terbiasa menganggap bangsa-bangsa lain itu kafir. Jadi kedua bangsa ini memang saling bermusuhan antara penjajah dan yang dijajah.

Namun perwira Romawi ini berbeda lain daripada yg lain. Dikatakan oleh orang tua-tua Yahudi kepada Yesus bahwa dia layak Yesus tolong karena dia mengasihi bangsa Yahudi. Apakah perwira ini sudah pindah agama (proselit) menjadi agama Yahudi? Lukas tidak menjelaskan namun sepertinya dia telah menyadari bahwa keselamatan memang datang dari bangsa Yahudi.

Bukti kasih perwira itu kepada bangsa umat pilihan Allah bukanlah basa-basi, sekedar toleransi, tapi benar-benar dibuktikannya dengan rela menanggung sepenuhnya biaya pembangunan rumah ibadah umat Allah (sinagoge). Perwira ini tidak mengasihi hanya dengan kata-kata saja tapi dengan bukti tindakan yang nyata.

3.      Sekalipun orang lain menganggapnya layak tapi dia dengan rendah hati menganggap dirinya sendiri tidak layak bertemu Yesus ( ay. 4-7)

Pada ayat 4 orang tua-tua Yahudi berkata kepada Yesus “ Ia layak engkau tolong”, sebab ia mengasihi bangsa kita dan menanggung pembangunan rumah ibadat kami” Namun pada ayat 6 perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya berkata: Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak meneriman tuan di dalam rumahku” sebab itu aku juga tidak menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu.

Ada kontras disini atau kombinasi yg mengagumkan. Ada kerendahan hati yg tulus dari perwira ini. Dia bisa saja mengungkit-ungkit kebaikannya kepada bangsa Yahudi bahkan sampai membiayai pembangunan rumah ibadah mereka, rasanya dia layak bertemu Yesus. Tidak ada pamrih dari kedermawanannya.

Dia tidak butuh pujian manusia. Dia tidak perlu dianggap pejabat istimewa. Apakah perwira ini menyadari budaya Yahudi yg melarang orang Yahudi masuk ke rumah bangsa kafir? Namun yang pasti perwira yang sudah terbiasa maju di medan perang ini merasa tidak berani bertemu Yesus karena ia menganggap dirinya tidak layak. Dia menyadari keberdosaannya di hadapan Yesus. Perwira itu menganggap dirinya tidak layak menerima Yesus ke rumahnya dan datang bertemu Yesus tapi Yesus malah memuji imannya yang layak dipuji. Ada orang yg menganggap dirinya layak tapi justru ditolak Tuhan.






4.    Sekalipun dia bukan dari bangsa Israel tapi memiliki iman yang besar kepada Yesus ( ay.6b-9)

Yesus tidak berkata apa-apa kepada perwira itu karena dia mengasihi hambanya yang sakit, Yesus tidak berkata apa-apa ketika diberitahu oleh tua-tua Yahudi perwira itu mengasihi bangsa Yahudi dan menanggung pembangunan rumah ibadah tapi Yesus kagum dan langsung berkomentar ketika perwira itu melalui sahabat-sahabatnya berkata: Ay 6b: ‘Tuan, janganlah bersusah-susah… Ay. 7b tetapi katakan saja sepatah kata saja maka hambaku itu akan sembuh Ay 8: “Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.’” Yesus baru berkata-kata memuji iman perwira yang besar kepada-Nya dengan membandingkan diri-Nya dengan struktur komando militer, : Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran (takjub, marvel, amaze, thaumazo) akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata : “ Aku berkata kepadamu iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun diantara orang Israel!”

Apa yang dilihat perwira itu dari Yesus? Perwira itu dengan mata imannya bisa melihat Yesus adalah jenderal dari segala jenderal, Jenderal besar agung Kerajaan Allah yang berkuasa mutlak atas segala penyakit, hidup dan mati, apa pun yang Yesus perintahkan pasti terjadi. Tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kenyataan rohani ini yang tidak bisa dilihat orang Israel.

Perwira itu percaya otoritas Yesus atas penyakit, atas malaikat untuk pergi menolong orang sakit itu, seperti dia alami sendiri dalam pekerjaannya di militer yang memakai sistim komando dimana otoritas dalam militer yang harus dan pasti diataati oleh bawahan. Kalau seorang komandan memerintahkan cukup satu kata saja; Maju ! prajurit pasti maju, Tembak! Prajuris pasti menembak, Dengan iman yang melihat adanya otoritas Anak Allah dari Yesus sekalipun dia bukan orang Israel yang dari kecil sudah belajar tentang Allah Maha Kuasa, tentang nubuatan nabi-nabi akan datangnya Mesias sehingga Yesus berkomentar dengan kagum: “ Aku berkata kepadamu iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun diantara orang Israel!”

Seandainya kita hidup pada jaman Yesus apakah iman kita akan dipuji oleh—Nya? Atau saat ini setelah ikut Yesus sekian lama, setelah jadi orang Kristen sekian lama, apakah iman kita saat ini membuat YESUS KAGUM? Atau kita belum melihat kemuliaan Kristus sebagai Anak Allah yang berkuasa mutlak dalam hidup kita? Padahal sudah lama pergi ke gereja . Sehingga kita masih setengah-setengah menaati perintah Tuhan, Iman itu harus sepenuh hati tidak bias setengah-setengah.

Bisakah kita berdoa, Tuhan, apapun yang Kau perintahkan, sekalipun satu kata saja, aku percaya itu yang terbaik bagiku, aku tunduk akan otoritas-Mu dalam hidupku, seperti seorang tentara yg taat kepada komandannya, karena engkaulah Tuhanku, penguasa dalam hidupku., Engkaulah Tuhan Penebus ku, Engkau telah membeli aku lunas dari budak Iblis dengan darah-Mu yang suci.

Catatan:
Bagaimana kita mengukur besar kecilnya iman? Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat
( Ibr 11: 1).

Apakah iman besar akan menghasilkan uang yang melimpah? Apakah iman perlu bukti lebih dahulu? Tanda-tanda? Perhatikan bahwa iman perwira ini besar bukanlah karena ia hanya perlu satu kata saja dari Yesus, Memang ini adalah penyembuhan dari jauh, diwakili iman orang lain bukan orang yang sakit, tidak ada sentuhan, Yesus tidak pelu menjamah langsung, tidak perlu datang ke rumah, tidak perlu minyak urapan, , roti atau anggur perjamuan kudus .

Cukup satu kata dari Yesus dan mujizat pun terjadi! Memang kisah ini khusus terjadi untuk perwira Romawi itu, tidak bisa kita generalisasi apalagi kita tahu Allah menyembuhkan setiap orang dengan metode atau cara yang berbeda-beda, tidak mutlak satu cara dan ingat kehendak Tuhanlah yang menentukan. Saya kira ada pesan yang lebih dalam dari maksud Lukas mencatat kisah ini dalam Injl lebih daripada soal kesembuhan ilahi atau mujizat. Yaitu bahwa iman perwira itu besar seperti yg dikatakan Yesus, lebih besar dari orang-orang Israel umumnya yg dari kecil sudah belajar tentang Allah Maha Kuasa, yg cakap berdoa dan saleh, lebih besar dari murid murid Yesus yang sekian lama bersama Yesus namun masih ada yg meminta tanda, Tidak salah Penulis Lukas memuat kisah perwira romawi ini sebagai pelajaran yg keras bagi orang Israel dan kita saat ini yang “katanya” adalah orang-orang percaya : Apakah kita mentaati Yesus Kristus sepenuh-Nya, mengakui otoritas-Nya dalam hidup kita? Apakah gaya hidup kita sehari-hari menunjukkan atau membuktikan kita mempunyai iman kepada Yesus yang menyelamatkan?


Kotbah Minggu, 07 Oktober 2018
@GBI. ROCK Jayapura
Ps. Gelphy Nartha S


Tidak ada komentar:

Posting Komentar