IMAN
PERWIRA KAPERNAUM
(BERDAMPAK
BAGI LINGKUNGAN)
Lukas
7:1-10
Ayat
kunci (ay. 9): Setelah Yesus mendengar
perkataan itu, Ia heran (takjub, marvel, amaze, thaumazo) akan dia, dan sambil
berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata : “ Aku berkata
kepadamu iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun diantara orang
Israel!”
Kisah ini
terjadi di Kapernaum di bagian utara Danau Galilea setelah Yesus mengajar di
depan orang banyak pada Luk 6: 20-49. Penulis Injil Lukas menceritakan tentang
seorang perwira Romawi yang tidak disebut namanya, namun dengan terperinci
Lukas menggambarkan sifat-sifat mulia dari perwira ini. Kisah ini mau
mengajarkan kita tentang apa itu iman yang besar seperti yg dimiliki perwira
itu kepada Yesus. Perwira ini merupakan satu-satunya laki-laki di dalam
Perjanjian Baru yang mendapat pujian dari Yesus, “Iman sebesar ini tidak pernah
Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel”.
Mengapa
Lukas sampai memasukkan perwira Romawi ini dalam Injil sebagai teladan bagi
kita? Kita tahu bangsa Romawi bukanlah bangsa yang mengenal Allah Maha Esa,
mereka adalah bangsa yang tidak mengenal Allah, penyembah berhala. Apalagi
jabatannya sebagai seorang perwira, orang dengan latar belakang militer yg
keras, yg biasa berperang?
Mari kita lihat beberapa sifat
dari perwira Romawi ini yg patut kita teladani :
1.
Sekalipun dia seorang
perwira tinggi, dia menghargai hambanya yang sedang sakit keras dan hampir mati
(hamba dari kata Greek doulos = budak) (Ay.1-3).
Kata perwira
dalam teks Alkitab Inggris Centurion dari kata Latin Centurio artinya komandan
dari seratus tentara. Kalau di Indonesia kira-kira pangkatnya mungkin Letnan
Kolonel atau kolonel?.
Mengapa
perhatian perwira ini kepada budaknya yang sakit keras dan hampir mati ini
merupakan sifat yang mulia? Dalam sejarah perbudakan di Romawi pada jaman
Yesus, umumnya pemilik budak sering memperlakukan budak, pembantu, hamba,
seperti barang bukan sebagai manusia. Tidak heran pada jaman itu kalau setiap tahun para pemilik tanah
pertanian memeriksa alat-alat pertaniannya, kalau ada yg rusak dan tua harus
dibuang begitu juga dengan budak-budak mereka.
Perwira
ini bisa saja membiarkan hambanya terus sekarat dan mati, dan dibuang begitu
saja karena memang begitu kebiasaannya tapi dia peduli dan mengasihi hambanya
itu sehingga ketika dia mendengar tentang Yesus yg telah menyembuhkan banyak
orang, dia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada Yesus untuk meminta
supaya Yesus datang dan menyembuhkan hambanya (ay.3).
Hamba perwira
ini pastilah pembantu yang rajin, jujur, bisa menyenangkan tuannya dengan baik
sehingga perwira ini sangat sayang, dan mengistimewakannya. Padahal secara
status sosial sangat jauh berbeda. Kalau kita punya pembantu atau anak buah,
janganlah memperlakukan mereka seperti barang sekali pakai, sewenang-wenang,
kalau sudah tua, sakit-sakitan tidak peduli lagi. Sering kita dengar sejumlah
TKI wanita yg bekerja di luar negeri, perginya dalam keadaan sehat dan semangat
namun tragisnya pulang-pulang dengan peti mayat, disiksa sampai mati oleh
majikan, atau pulang-pulang dalam keadaan cacat, apakah itu diseterika,
ditendang, dipukul disiksa bahkan diperkosa. Tapi perwira baik hati ini mungkin
sudah membawa hambanya yg hampir mati itu ke berbagai macam tabib namun tidak
sembuh juga samapai dia mendengar tentang Yesus, tabib segala tabib, dokter
segala dokter.
2.
Sekalipun dia bangsa
Romawi yg menjajah bangsa Yahudi perwira itu mengasihi bangsa Yahudi bahkan mau
berkorban untuk membangun rumah ibadah umat Allah (ay. 4, 5)
Bangsa Romawi pada jaman itu sangat anti Yahudi, selain karena alasan perbedaan agama, dimana Bangsa Yahudi menyembah Allah Yang Esa, bangsa Romawi menyembah banyak dewa-dewa berhala dan juga bangsa Yahudi sudah terbiasa menganggap bangsa-bangsa lain itu kafir. Jadi kedua bangsa ini memang saling bermusuhan antara penjajah dan yang dijajah.
Namun
perwira Romawi ini berbeda lain daripada yg lain. Dikatakan oleh orang tua-tua
Yahudi kepada Yesus bahwa dia layak Yesus tolong karena dia mengasihi bangsa
Yahudi. Apakah perwira ini sudah pindah agama (proselit) menjadi agama Yahudi?
Lukas tidak menjelaskan namun sepertinya dia telah menyadari bahwa keselamatan
memang datang dari bangsa Yahudi.
Bukti
kasih perwira itu kepada bangsa umat pilihan Allah bukanlah basa-basi, sekedar
toleransi, tapi benar-benar dibuktikannya dengan rela menanggung sepenuhnya
biaya pembangunan rumah ibadah umat Allah (sinagoge). Perwira ini tidak
mengasihi hanya dengan kata-kata saja tapi dengan bukti tindakan yang nyata.
3.
Sekalipun orang lain
menganggapnya layak tapi dia dengan rendah hati menganggap dirinya sendiri
tidak layak bertemu Yesus ( ay. 4-7)
Pada ayat 4
orang tua-tua Yahudi berkata kepada Yesus “ Ia layak engkau tolong”, sebab ia
mengasihi bangsa kita dan menanggung pembangunan rumah ibadat kami” Namun pada
ayat 6 perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya berkata: Tuan, janganlah bersusah-susah,
sebab aku tidak layak meneriman tuan di dalam rumahku” sebab itu aku juga tidak
menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu.
Ada kontras
disini atau kombinasi yg mengagumkan. Ada kerendahan
hati yg tulus dari perwira ini. Dia bisa saja mengungkit-ungkit kebaikannya
kepada bangsa Yahudi bahkan sampai membiayai pembangunan rumah ibadah mereka,
rasanya dia layak bertemu Yesus. Tidak ada pamrih dari kedermawanannya.
Dia tidak
butuh pujian manusia. Dia tidak perlu dianggap pejabat istimewa. Apakah perwira
ini menyadari budaya Yahudi yg melarang orang Yahudi masuk ke rumah bangsa
kafir? Namun yang pasti perwira yang sudah terbiasa maju di medan perang ini
merasa tidak berani bertemu Yesus karena ia menganggap dirinya tidak layak. Dia
menyadari keberdosaannya di hadapan Yesus. Perwira itu
menganggap dirinya tidak layak menerima Yesus ke rumahnya dan datang bertemu
Yesus tapi Yesus malah memuji imannya yang layak dipuji. Ada orang yg
menganggap dirinya layak tapi justru ditolak Tuhan.
4.
Sekalipun dia bukan
dari bangsa Israel tapi memiliki iman yang besar kepada Yesus ( ay.6b-9)
Yesus tidak
berkata apa-apa kepada perwira itu karena dia mengasihi hambanya yang sakit,
Yesus tidak berkata apa-apa ketika diberitahu oleh tua-tua Yahudi perwira itu
mengasihi bangsa Yahudi dan menanggung pembangunan rumah ibadah tapi Yesus
kagum dan langsung berkomentar ketika perwira itu melalui sahabat-sahabatnya
berkata: Ay 6b: ‘Tuan, janganlah bersusah-susah… Ay. 7b tetapi katakan saja
sepatah kata saja maka hambaku itu akan sembuh Ay 8: “Sebab aku sendiri seorang
bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah
seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!,
maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia
mengerjakannya.’” Yesus baru berkata-kata memuji iman perwira yang besar
kepada-Nya dengan membandingkan diri-Nya dengan struktur komando militer, :
Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran (takjub, marvel, amaze,
thaumazo) akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti
Dia, Ia berkata : “ Aku berkata kepadamu iman sebesar ini tidak pernah Aku
jumpai, sekalipun diantara orang Israel!”
Apa
yang dilihat perwira itu dari Yesus? Perwira itu dengan mata imannya bisa
melihat Yesus adalah jenderal dari segala jenderal, Jenderal besar agung
Kerajaan Allah yang berkuasa mutlak atas segala penyakit, hidup dan mati, apa
pun yang Yesus perintahkan pasti terjadi. Tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Kenyataan rohani ini yang tidak bisa dilihat orang Israel.
Perwira
itu percaya otoritas Yesus atas penyakit, atas malaikat untuk pergi menolong
orang sakit itu, seperti dia alami sendiri dalam pekerjaannya di militer yang
memakai sistim komando dimana otoritas dalam militer yang harus dan pasti
diataati oleh bawahan. Kalau seorang komandan memerintahkan cukup satu kata
saja; Maju ! prajurit pasti maju, Tembak! Prajuris pasti menembak, Dengan iman
yang melihat adanya otoritas Anak Allah dari Yesus sekalipun dia bukan orang
Israel yang dari kecil sudah belajar tentang Allah Maha Kuasa, tentang nubuatan
nabi-nabi akan datangnya Mesias sehingga Yesus berkomentar dengan kagum: “ Aku
berkata kepadamu iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun diantara
orang Israel!”
Seandainya
kita hidup pada jaman Yesus apakah iman kita akan dipuji oleh—Nya? Atau saat
ini setelah ikut Yesus sekian lama, setelah jadi orang Kristen sekian lama,
apakah iman kita saat ini membuat YESUS KAGUM? Atau kita belum melihat
kemuliaan Kristus sebagai Anak Allah yang berkuasa mutlak dalam hidup kita? Padahal sudah lama pergi ke
gereja . Sehingga kita masih setengah-setengah menaati perintah Tuhan, Iman itu
harus sepenuh hati tidak bias setengah-setengah.
Bisakah kita berdoa,
Tuhan, apapun yang Kau perintahkan, sekalipun satu kata saja, aku percaya itu
yang terbaik bagiku, aku tunduk akan otoritas-Mu dalam hidupku, seperti seorang
tentara yg taat kepada komandannya, karena engkaulah Tuhanku, penguasa dalam
hidupku., Engkaulah Tuhan Penebus ku, Engkau telah membeli aku lunas dari budak
Iblis dengan darah-Mu yang suci.
Catatan:
Bagaimana kita mengukur besar kecilnya iman? Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat
( Ibr 11: 1).
Bagaimana kita mengukur besar kecilnya iman? Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat
( Ibr 11: 1).
Apakah iman
besar akan menghasilkan uang yang melimpah? Apakah iman perlu bukti lebih
dahulu? Tanda-tanda? Perhatikan bahwa iman perwira ini besar bukanlah karena ia
hanya perlu satu kata saja dari Yesus, Memang ini adalah penyembuhan dari jauh,
diwakili iman orang lain bukan orang yang sakit, tidak ada sentuhan, Yesus
tidak pelu menjamah langsung, tidak perlu datang ke rumah, tidak perlu minyak
urapan, , roti atau anggur perjamuan kudus .
Cukup satu
kata dari Yesus dan mujizat pun terjadi! Memang kisah ini khusus terjadi untuk
perwira Romawi itu, tidak bisa kita generalisasi apalagi kita tahu Allah menyembuhkan
setiap orang dengan metode atau cara yang berbeda-beda, tidak mutlak satu cara
dan ingat kehendak Tuhanlah yang menentukan. Saya kira ada pesan yang lebih
dalam dari maksud Lukas mencatat kisah ini dalam Injl lebih daripada soal
kesembuhan ilahi atau mujizat. Yaitu bahwa iman perwira itu besar seperti yg
dikatakan Yesus, lebih besar dari orang-orang Israel umumnya yg dari kecil
sudah belajar tentang Allah Maha Kuasa, yg cakap berdoa dan saleh, lebih besar
dari murid murid Yesus yang sekian lama bersama Yesus namun masih ada yg
meminta tanda, Tidak salah Penulis Lukas memuat kisah perwira romawi ini
sebagai pelajaran yg keras bagi orang Israel dan kita saat ini yang “katanya”
adalah orang-orang percaya : Apakah kita mentaati Yesus Kristus sepenuh-Nya, mengakui
otoritas-Nya dalam hidup kita? Apakah gaya hidup kita sehari-hari menunjukkan
atau membuktikan kita mempunyai iman kepada Yesus yang menyelamatkan?
Kotbah Minggu, 07 Oktober 2018
@GBI. ROCK Jayapura
Ps. Gelphy Nartha S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar